Si Sulung; Perempuan, Harapan, dan Beban

     Si sulung, anak pertama yang paling tua. Berarti dia punya saudara yang lebih muda darinya. Anak sulung, yang pernah merasakan indahnya kasih sayang orang tua sebelum akhirnya sedikit tergeser oleh kehadiran sang adik. Sulung, yang lebih dulu hidup di dunia daripada adiknya, lebih dulu mencicipi manis pahitnya hidup, juga perhatian mama papa yang tidak terbagi. 


     Anak sulung dituntut jadi dewasa sebelum waktunya. Dari pengalaman pribadi, sebagai anak sulung, semenjak Playgroup aku sering disuruh berangkat ke sekolah sendiri diantar tukang becak tiap hari sedangkan mama mengurus adik. Padahal teman-temanku yang lain diantar orang tuanya bahkan ada yang ditungguin sampai pulang. Pas TK, ada acara sekolah dan orang tua diharapkan hadir, tapi Papa lagi kerja sedangkan Mama lagi jaga adik yang masih bayi. Alhasil, aku dititipkan sama ibunya temanku. 


     Lalu kita (read: sebagai tim sulung) harus menjaga dan memberi contoh yang baik untuk adik-adik kita, di saat belum dewasa seutuhnya alias masih labil. Kalau ada kesalahan, tentu yang dimarahi pertama kali adalah kita sebagai kakak tertua meskipun bukan kita yang melakukan itu. Alasannya, "kamu kan kakaknya, masa gabisa jagain adeknya?" atau, "kakak itu harus jadi contoh yang baik." Terus anak paling tua diwajibkan untuk selalu mengalah dengan adiknya karena kita dianggap sudah dewasa dan bijak. Padahal belum tentu, tergantung masing-masing anak kan? Kalau udah dewasa, ya syukur deh. Kalau belum? Ya kena mental tuh. 


     Anak sulung cenderung mandiri sejak dini, ya karena dia sudah terlatih untuk melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang tuanya. Karena perhatian mereka pasti lebih tertuju ke adiknya daripada dia. Anti manja. Kemandiriannya mungkin tumbuh disertai perasaan tidak ingin merepotkan orang lain, atau bisa dibilang orangnya tuh gak enakan. 


     Apa benar kalau anak sulung itu kuat dan kebal terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi daripada adiknya? Logikanya, karena dia lebih dulu lahir di bumi, dia tentu sudah mengerti bagaimana cara didik dunia yang keras. Dia pasti lebih bisa beradaptasi dan tangguh. 


     Sebenarnya bukan anak sulung aja yang merasa paling menderita atau paling tersakiti, anak tengah, tunggal, bungsu, atau anak kembar pun pasti ada keluhannya masing-masing. Bukan cuma faktor anak keberapa, cara asuh orang tua dan kondisi lingkungan keluarga juga tentu sangat memengaruhi. Cuma karena aku adalah seorang kakak tertua, jadi aku lebih relate menjadi anak sulung. Dan ini adalah sudut pandangku tentang anak sulung. Tentu tidak semua tulisan ini relate pada semua anak sulung. 


     Anak sulung dicap sebagai orang yang kuat, tangguh, dan tahan banting. Apa itu sebuah kenyataan? 


     Orang tua kadang menaruh harapan besar pada anak tertuanya. Harap mereka, kita bisa membanggakan. Karena ya kita paling tua, paling gede, dan pikir mereka masa kita untuk meraih kesuksesan paling sebentar. Meskipun kesuksesan tiap orang juga berbeda-beda masanya. Tapi dalam kehidupan bermasyarakat pasti ada aja mindset yang memaksa orang dewasa awal untuk mencapai kesuksesan sesegera mungkin. 


     Harapan mereka bagai sebuah ekspektasi yang belum terlihat nyatanya. Harapan besar yang ada di atas pundaknya membuat si sulung dihantui perasaan takut. Takut jika waktu yang sudah mereka tunggu-tunggu tak kunjung tiba. Atau kemungkinan terburuknya, setelah mencoba berbagai usaha keras hasil akhirnya adalah gagal. Anak sulung itu bukan sosok sempurna yang bisa apa saja, menjadi contoh yang baik, anak yang baik, atau harapan nyata yang orang tua ciptakan. 


     Dan ketika semua harapan itu belum juga menjadi nyata, disitulah si sulung merasakan, ia sudah memiliki beban, dan ia pun juga menjadi beban untuk kedua orang tuanya. 


     Lalu ketika kondisi seperti itu, ada beban lain yang tak kalah peliknya. Perempuan, sering diidentikkan sebagai ibu rumah tangga yang kerjanya mengurus dapur dan anak. Ada orang tua yang menginginkan anak perempuannya segera menikah agar hidupnya tenang dengan suami yang mapan, tanggungannya pun berpindah ke suami anak perempuannya. 


     Perempuan bukan cuma kerja dibawah kendali laki-laki kan? Kenapa perempuan cuma bisa menggantungkan hidupnya pada suaminya? Ada kesempatan kan untuk perempuan terus berkarya dan meraih apa yang diimpikannya tanpa terkaman waktu hanya untuk memuaskan perkataan orang lain? 


     Lagipula, setiap anak pasti menginginkan orang tuanya bangga terhadap pencapaiannya. Kadang kita sebagai anak sulung tidak perlu terus dihantui oleh harapan kalian yang kelewat bikin pikiran, cukup doakan dan support dia untuk berjuang saja, itu sudah cukup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Novel Starstruck Syndrome karya Aya Widjaja coached by Arumi E. (Review)

Jangan Patahkan Mimpi Perempuan

Beauty is Pain