Jangan Patahkan Mimpi Perempuan

     Pahlawan emansipasi kita, R.A. Kartini, sudah menyetarakan derajat kita sebagai perempuan dengan laki-laki. Kartini beranggapan adat istiadat Jawa diantaranya tentang adat memingit anak perempuan hingga menikah, pelarangan mengenyam pendidikan, hingga harus siap dipoligami oleh suami dengan dalih berbakti tidak memberikan hak kesempatan maju bagi perempuan. Beliau memperjuangkan kesetaraan gender. Tapi sampai sekarang, ada sebagian orang yang masih menganggap rendah kaum perempuan. Bahkan ada yang berpikiran begitu adalah sesama perempuan.

     Tak jarang kita pasti pernah mendengar seseorang berbicara, "perempuan itu gak perlu pendidikan tinggi. Toh nanti juga berakhir di dapur dan ngurus anak." Atau, "pendidikan itu buang-buang uang aja." Atau yang lucu, "jangan sekolah ketinggian, nanti susah dapet jodoh soalnya banyak yang gak pede buat deketin." Kesannya, kita tidak diperbolehkan mengejar pendidikan setinggi mungkin padahal kita ingin dan kita yang menjalaninya. Itu pilihan dan hak tiap individu.

     Laki-laki maupun perempuan harus memiliki kesadaran untuk mencari ilmu. Mengingat mereka juga akan menjadi orangtua yang akan membimbing anaknya. Mengurus anak bukan hanya menjadi tugas istri, tapi juga suami sebagai ayah yang memberikan teladan baik. Sebagai ibu, kita juga perlu memiliki ilmu karena kita adalah sekolah pertama bagi anak kelak. Pun dengan memasak di dapur saat ini menjadi keahlian umum yang harus dimiliki laki-laki dan perempuan. Banyak laki-laki yang kini bekerja menjadi juru masak. Memasak sekarang bukanlah pekerjaan yang cuma bisa dilabeli oleh perempuan.

     Pendidikan adalah jalan menuju kesuksesan. Mungkin memang dalam menuntut ilmu kita harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, tetapi dengan niat, kerja keras, dan doa tulus pasti akan menemukan hasil yang terbaik. Bisa jadi dengan pendidikan itu kita bisa bekerja sesuai dengan impian kita. Akan selalu ada hukum timbal balik, apa yang kita tanam itulah yang akan kita petik.

     Kita yang terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri kita dengan ilmu, tentu akan hidup lebih mudah dan berkah. Faktanya, ibu menyumbang kecerdasan lebih banyak dibanding ayahnya pada sang anak. Laki-laki yang mengerti pasti juga akan memantaskan diri untuk mendapat pasangan yang diimpikannya.

     Dengan berilmu kita bisa mengangkat derajat dan martabat kita sebagai manusia. Ilmu juga bisa membuat orang lain menghargai dan menghormati kita. Dalam sebuah hadis mengatakan, menuntut ilmu wajib hukumnya bagi muslim laki-laki dan perempuan. Tidak sempurna agama seseorang tanpa ilmu.

     Tolong jangan patahkan mimpinya. Tolong jangan halangi langkahnya. Tolong jangan rusak perjuangannya. Kita, para puan, juga punya mimpi dan cita-cita yang perlu diperjuangkan. Tapi bukan berarti kita juga melupakan kewajiban kita sebagai perempuan.


Referensi:

 https://www.ubaya.ac.id/2018/content/articles_detail/203/Refleksi-Perjuangan-Kartini---Menyeimbangkan-Budaya-dan-Kemajuan-Bangsa.html

 https://kompaspedia.kompas.id/baca/profil/tokoh/raden-ajeng-kartini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Novel Starstruck Syndrome karya Aya Widjaja coached by Arumi E. (Review)

Beauty is Pain