Mengapa Mereka Membuat Story Sebelum Mengakhiri Diri?
Akhir-akhir ini kasus bunuh diri marak diberitakan di dunia maya. Sebagian besar dilakukan oleh remaja hingga orang tua karena depresi yang menjadi faktor utama penyebab bunuh diri. Sebelum membahas alasan mengapa orang yang ingin bunuh diri cenderung membagikannya ke media sosial, kita perlu tahu penyebab timbulnya keinginan seseorang bunuh diri.
Seseorang yang bunuh diri merasa tak sanggup dengan semua masalah yang datang menghampiri, bertubi-tubi, tanpa solusi. Ada yang bunuh diri karena masih belum mendapat pekerjaan, karena tak sanggup membayar utang, atau karena putus cinta. Awalnya stres, lama-lama depresi, bahkan dapat mengalami gangguan mental, dan terparah bisa mengakhiri diri. Jika ada yang berkomentar, "masalah gitu doang sampai bunuh diri?" hei, tiap orang punya ketangguhan yang berbeda-beda. Mungkin kita bisa bertahan dan terus berusaha mencari jalan keluar, tapi untuk mereka yang akhirnya menyerah, mereka tidak sekuat itu.
Mereka pun hidup dalam rumitnya hidup tanpa dukungan lingkungan sekitarnya. Mereka pendam sendirian dalam waktu tertentu. Kemudian di suatu hari, tempatnya hampir penuh tak mampu membendung tekanan dari berbagai sisi. Mereka berusaha menahan kewarasannya dengan melampiaskan pada hal-hal lain, salah satunya dengan membuat story di media sosial pribadi berbau kesedihan. Mungkin kita yang melihatnya menjadi risih, seolah-olah mereka yang paling nenderita. Tapi kita gak tau apa yang terjadi dibaliknya 'kan?
Bahkan puncaknya, mungkin mereka melakukan self harm dan memamerkannya ke medsos. Para netizen pun memaki karena pikirnya mereka haus perhatian. MEMANG! Mereka memang cari perhatian. Mereka ingin tahu siapa yang peduli, adakah?
Katanya kalo berbagi cerita itu bisa sedikit meringankan stres, meskipun tidak ada solusi yang diberikan. Sayangnya gak semua orang bisa menceritakan permasalahannya, entah karena malu atau takut merepotkan. Ditambah, terkadang keluh kesahnya dianggap berlebihan. Kita semua tau tiap orang punya masalah, tapi bisa gak sih saling menunjukkan rasa empati dan peduli? Susah payah memberanikan diri bercerita, malah cacian yang didapat.
Dan ternyata... tidak ada yang peduli. Orang yang depresi cuma mau dia gak merasa sendirian, kesepian.
Mengakhiri diri terlihat menjadi pilihan yang tepat bagi mereka yang berputus asa, tak perlu bersusah payah berusaha berdiri diatas kaki sendiri yang sudah pincang karena cobaan. Tapi Tuhan tidak akan menguji di luar batas kemampuan makhluknya bukan?
Untuk semua orang yang terpuruk, semoga bayangan itu datang menarikmu ke tempat terang. Untuk semua orang yang masih mengupayakan hidup, kita harus selalu bersyukur sudah diberikan kekuatan untuk tetap bertahan. Semoga sampai akhir ya.
Semua diberikan nyawa oleh Tuhan. Biarlah Tuhan yang yang mengambil nyawa itu kembali, karena memang hidup di dunia adalah tentang derita.
Komentar