Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2021

Jangan Patahkan Mimpi Perempuan

     Pahlawan emansipasi kita, R.A. Kartini, sudah menyetarakan derajat kita sebagai perempuan dengan laki-laki. Kartini beranggapan adat istiadat Jawa diantaranya tentang adat memingit anak perempuan hingga menikah, pelarangan mengenyam pendidikan, hingga harus siap dipoligami oleh suami dengan dalih berbakti tidak memberikan hak kesempatan maju bagi perempuan. Beliau memperjuangkan kesetaraan gender. Tapi sampai sekarang, ada sebagian orang yang masih menganggap rendah kaum perempuan. Bahkan ada yang berpikiran begitu adalah sesama perempuan.      Tak jarang kita pasti pernah mendengar seseorang berbicara, "perempuan itu gak perlu pendidikan tinggi. Toh nanti juga berakhir di dapur dan ngurus anak." Atau, "pendidikan itu buang-buang uang aja." Atau yang lucu, "jangan sekolah ketinggian, nanti susah dapet jodoh soalnya banyak yang gak pede buat deketin." Kesannya, kita tidak diperbolehkan mengejar pendidikan setinggi mungkin padahal kita ingin dan kita ya...

Bermimpi Setinggi Angkasa atau Realistis Aja?

     Pernah gak dikatain, "kalo buat impian tuh jangan ketinggian, kalo gak tergapai, jatuh nanti sakit." Atau mungkin denger, "kalo bercita-cita itu yang realistis aja." Atau dinasihati, "jangan berekspektasi tinggi, kalo realitanya gak sesuai nanti sakit hati, terus marah sama keadaan."      Ada beberapa orang yang punya prinsip seperti itu, tapi pasti ada yang sebaliknya. Bagi mereka, nanggung kalo gak bermimpi tinggi. Toh juga gratis dan siapa aja bisa membuat impian mereka sendiri.      Well , kita gak bisa sih maksa orang harus berprinsip yang mana. Itu hak masing-masing setiap orang. Tapi aku pengen coba menjabarkan dua prinsip ini dari sudut pandangku, kenapa ada orang yang berprinsip untuk bermimpi setinggi angkasa dan ada juga yang memilih realistis aja?      Pertama, prinsip orang yang realistis. Mereka memilih realistis karena mereka gak nau terbebani dengan mimpi yang susah digapai sebab ketinggian. Mereka juga cuk...